Rabu, 25 Februari 2015

Kau, Aku dan Sepucuk Angpau merah Quotes

Terbanglah Bukuku



Eh, sisa liburan try out kakak kelas tiga kuhabiskan dengan membaca matematika novel tentunya. Kali ini novel yang kubaca ialah kau, aku dan sepucuk angpau merah. Yup karya Tere Liye. Novel ini tidak memandang cinta sebagai gombalan kekinian. Anak muda sekarang memandang cinta sebagai nafsu. Mungkin dengan membaca novel ini menyadarkan kembali cinta itu bukan cinta yang banyak kita pandang dimasa ini. Berikut ini merupakan kutipan yang Saya ambil dari buku tersebut.


“Aku tidak akan merendahkan kehormatan wanita dengan memegang tangannya.” (hal 117)


“sembilan dari sepuluh kecemasan muasalnya hanyalah imajinasi kita. Dibuat-buat sendiri, dibesar-besarkan sendiri.” (hal  133)


"Dunia ini terus berputar. Perasaan bertunas, tumbuh mengakar, bahkan berkembangbiak di tempat yang paling mustahil dan tidak masuk akal sekalipun. Perasaan-perasaan kadang dipaksa tumbuh di waktu dan orang yang salah" (hal 146)


“Cinta itu macam musik yang indah. Bedanya, cinta sejati akan membuatmu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti.” ( hal 166)


"Camkan, bahwa cinta adalah perbuatan. Nah, dengan demikian, ingat baik-baik, kau selalu bisa memberi tanpa sedikit pun rasa cinta, Andi. Tetapi kau tidak akan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi" (hal 168)


“Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong.” (hal  173)


"Cinta sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir cemas, serta berbagai perangai norak lainnya" (hal 194)


“...terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan.” ( hal 210)


“Borno, jangan pernah menilai sesuatu sebelum kau selesai dengannya, mengenal dengan baik." (hal 225)


"Banyak sekali orang yang jatuh cinta lantas sibuk dengan dunia barunya itu. Sibuk sekali, sampai lupa keluarga sendiri, lupa teman dekat, lupa sahabat karib. Padahal siapalah orang yang tiba-tiba mengisi hidup kita itu? Kebanyakan orang asing, orang baru." (hal 257)


“Nak, perasaan itu tidak sesederhana satu tambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan.”( hal 355)


“Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kau pamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan itu semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu".” (hal 428)


“Berasumsi dengan perasaan, sama saja dengan membiarkan hati kau diracuni harapan baik, padahal boleh jadi kenyataannya tidak seperti itu, menyakitkan.” (hal  429)


“Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gilau kepala ikan, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita bersarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan, maka gumpal cinta itu juga dengan cepat layu seperti kau bosan makan gulai kepala ikan.” (hal 430)


“Ketika situasi memburuk, ketika semua terasa berat dan membebani, jangan pernah merusak diri sendiri.” ( hal 479)


“Aku hanya berani bermimpi, sungguh tidak terhitung berapa kali aku bermimpi tentang kau.” (hal 492)

 :) semoga bermanfaat :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komen yuk...