Terbanglah Bukuku
Eh, sisa liburan try
out kakak kelas tiga kuhabiskan dengan membaca matematika novel
tentunya. Kali ini novel yang kubaca ialah kau,
aku dan sepucuk angpau merah. Yup karya Tere Liye. Novel ini tidak
memandang cinta sebagai gombalan kekinian. Anak muda sekarang memandang cinta
sebagai nafsu. Mungkin dengan membaca novel ini menyadarkan kembali cinta itu
bukan cinta yang banyak kita pandang dimasa ini. Berikut ini merupakan kutipan yang Saya ambil dari
buku tersebut.
“Aku tidak akan merendahkan kehormatan wanita dengan memegang
tangannya.” (hal 117)
“sembilan dari sepuluh kecemasan muasalnya hanyalah
imajinasi kita. Dibuat-buat sendiri, dibesar-besarkan sendiri.” (hal 133)
"Dunia
ini terus berputar. Perasaan bertunas, tumbuh mengakar, bahkan berkembangbiak
di tempat yang paling mustahil dan tidak masuk akal sekalipun.
Perasaan-perasaan kadang dipaksa tumbuh di waktu dan orang yang salah"
(hal 146)
“Cinta itu macam musik yang indah. Bedanya, cinta sejati
akan membuatmu tetap menari meskipun musiknya telah lama berhenti.” ( hal 166)
"Camkan,
bahwa cinta adalah perbuatan. Nah, dengan demikian, ingat baik-baik, kau selalu
bisa memberi tanpa sedikit pun rasa cinta, Andi. Tetapi kau tidak akan pernah
bisa mencintai tanpa selalu memberi" (hal 168)
“Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah
omong kosong.” (hal 173)
"Cinta
sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir atau
apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung
cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir cemas, serta
berbagai perangai norak lainnya" (hal 194)
“...terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar
menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa
dilakukan.” ( hal 210)
“Borno, jangan pernah menilai sesuatu sebelum kau selesai
dengannya, mengenal dengan baik." (hal 225)
"Banyak
sekali orang yang jatuh cinta lantas sibuk dengan dunia barunya itu. Sibuk
sekali, sampai lupa keluarga sendiri, lupa teman dekat, lupa sahabat karib.
Padahal siapalah orang yang tiba-tiba mengisi hidup kita itu? Kebanyakan orang
asing, orang baru." (hal 257)
“Nak, perasaan itu tidak sesederhana satu tambah satu sama
dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di langit,
gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan
adalah perasaan.”( hal 355)
“Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi
kau pamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan itu semakin
hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti,
bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu".” (hal 428)
“Berasumsi dengan perasaan, sama saja dengan membiarkan hati
kau diracuni harapan baik, padahal boleh jadi kenyataannya tidak seperti itu,
menyakitkan.” (hal 429)
“Cinta hanyalah segumpal perasaan dalam hati. Sama halnya
dengan gumpal perasaan senang, gembira, sedih, sama dengan kau suka makan gilau
kepala ikan, suka mesin. Bedanya, kita selama ini terbiasa mengistimewakan
gumpal perasaan yang disebut cinta. Kita beri dia porsi lebih penting, kita
bersarkan, terus menggumpal membesar. Coba saja kau cuekin, kau lupakan, maka
gumpal cinta itu juga dengan cepat layu seperti kau bosan makan gulai kepala
ikan.” (hal 430)
“Ketika situasi memburuk, ketika semua terasa berat dan
membebani, jangan pernah merusak diri sendiri.” ( hal 479)
“Aku hanya berani bermimpi, sungguh tidak terhitung berapa
kali aku bermimpi tentang kau.” (hal 492)
:) semoga bermanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komen yuk...