Selasa, 12 November 2013

*Penjara = sekolah

*Penjara = sekolah

Tidakkah kita memperhatikan
Gerbangnya terbuat dari besi
Di gerbangnya ada penjaga,
Tembok tinggi mengelilingi

Kelas-kelasnya tertutup jeruji
Hanya menyisakan jendela kecil
Pun pintu yang ditutup
Dari pagi hingga petang
Seluruh murid konsentrasi tinggi
Belajar secara spartan

Tidakkah kita memperhatikan
Sekolah2 kita sudah mirip penjara hari ini
Yang masuk ke dalam sana, harus bayar mahal pula
Wajah-wajah terpenjara
Wajah-wajah sedang belajar
Entah apa bedanya lagi

Angka adalah pembeda kasta
Nilai jelek cari masalah
Menghafal mati isi buku sudah biasa
Penuh peraturan ujung ke ujung
Ini wajib, itu wajib
Hal2 yang tidak ada di kurikulum pun jadi wajib
Terserah 'sipir' bilang apa

Lantas di mana kesenangan belajar itu?
Ketika yang bodoh sekalipun memperoleh senyum
Yang paling lelet sekalipun menerima motivasi
Kepedulian ditumbuhkan
Akhlak baik ditanamkan

Tidakkah kita memperhatikan
Sekolah2 kita sudah mirip penjara hari ini
Bukan hanya fisiknya saja
Tapi juga isi dalamnya
Semua diukur secara kuantitatif
Semua dijadikan kompetisi
Tolong pikirkanlah.

*Tere Liye

Minggu, 03 November 2013

Tanya





Bismillah..
Hari ini seperti biasa waktu berlari meninggalkanku
Tanpa apapun.. kecuali sebuah tanya. Kemarin pun juga begitu. Besok, mungkin penyesalan. entah lusa. saat ini pun begitu banyak pemaksaan yang saya lakukan daripada kesadaran. saat menulis inipun saya memaksa. sangat.
sudah lama saya ingat kapan saya benar-benar hidup atau tepatnya merasakan hidup. 3 tahun yang lalu. ya, waktu yang singkat bagi kebahagiaan, tapi tidak untuk sebuah kemuraman.
Dimasa remaja dan pra dewasa ini ingin sekali tidak melewatkannya begitu saja. saya tak ingin mengeluh, dan bukan keharusan saya mengeluhkan hidup.dan bukan semestinya saya membandingkan waktu yang ini dengan waktu yang itu.
saya seorang remaja, seperti remaja kebanyakan. labil, keegoisan, menulikan kepala, membebalkan hati. saya juga sama kebanyakan dari mereka yang masa remajanya gemilang. punya mimpi, yang entah kapan saya tidak akan menundanya. bayangkan jika setiap hari bangun dengan tekad dan mimpi yang menggebu-gebu, tapi seiring matahari semakin meninggi, siang tinggalkan pagi. semangat saya surut, dan ketika malam datang saya termenung tentang waktu yang tinggalkan saya lebih cepat, sangat sesak rasanya.
saya bukan berputus asa atau bagaimana, saya hanya tidak mengerti. tidak mengerti begitu banyak pertanyaan. saya letih dengan  pertanyaan yang bahan jika orang bertanya kepada saya siapa diri saya. saya tak tahu harus jawab bagaimana. ataukah saya akan jawab begini "saya adalah seorang remaja di masa pra dewasa ini" dan selebihnya saya tak tahu.
Dan pada akhirnya saya hanya bisa bernafas seolah semuanya melegakan.


Langit, biarlah semuanya pecah. Berhamburan mengudara. Biarlah. Sampai ketika aku mengerti, tak ada yang tersisa. Hampa
Laut, biarlah semuanya direnggut. Diterjang ombak. Biarlah. Sampai suatu ketika aku tak melihat. Tak ada dan tak pernah ada. Kosong.
Lembah, biarlah. Sungguh biarlah semua nyanyian itu menjadi rintihan. Sampai suatu ketika tiada yang mendengar. Sunyi.
Bukit. Biarlah. Biarlah sembunyikan sebilah senyum diantaramu. Hingga suatu ketika tawa berubah benci. Sendiri
Biarlah, semua biarlah. Sampai suatu ketika tiada dapat kupercaya. Biarlah hingga suatu masa. Saat ketika hanya termangu yang kubisa.
dibawah langit yang kian meragu