Selasa, 24 Desember 2013

Resensi Burlian


Burlian 


Penulis              : Tere Liye
Penerbit            : Republika
Tahun Terbit      : 2009
Jumlah Halaman: 340
ISBN                : 9789791102681 


" Begitu pula sekolah, Burlian, Pukat. Sama seperti menanam pohon.. Pohon masa depan kalian. Semakin banyak ditanam, semakin baik dipelihara, maka pohonnya semakin tinggi menjulang. Dia akan menentukan hasil apa yang akan kalian petik di masa depan, kehidupan. Kalian tidak mau seperti Bapak, bukan? Tidak yang dari pucuknya kalian bisa melihat betapa luas dunia. Kau akan memiliki kesempatan itu Burlian, karena kau berbeda. Sejak lahir kau memang sudah spesial. Juga kau Pukat, karena kau anak yang pintar." (hal 30)
 “Jalan ini tak pernah berujung, Burlian-kun… tidak pernah… jalan-jalan ini akan terus mengalir melewati lembah-lembah basah, lereng-lereng gunung terjal, kota-kota ramai, desa-desa eksotis nan indah, tempat-tempat yang memberikan pengetahuan, tempat-tempat yang menjanjikan masa depan… lantas jalan ini akan teruss… terus menuju pelabuhan-pelabuhan, bandara-bandara… dan dari sana kau bahkan bias pergi lebih jauh lagi, menemukan sambungan jalan berikutnya… mengelilingi dunia… melihat seluruh dunia, masa depan anak-anak kampong, masa depan bangsa kalian. Masa depan kau yang penuh kesempatan, Burlian-kun,” (hal 201)

burlian anak ketiga mamak. oleh keluarganya ia dijuluki si anak 'spesial'. buku ini tidak seluruhnya bercerita tentang burlian. sungguh, Tere Liye sangat piawai memainkan emosi saya :D. bab pertama novel  burlian ini sudah membuat saya terkekeh-kekeh. 


buku ini bercerita tentang kasih sayang mamak, pendidikan, kebijakan alam. harga 50 rb untuk membeli novel ini takkan sepadan dengan pemahaman yang saya dapat. saya banyak mendapatkan tentang pemahaman kesederhanaan, kebijaksanaan alam, dan tentu juga kasih sayang. 


selain itu, di buku ini kita diajak untuk jangan pernah berhenti untuk percaya, berani bermimpi, janji masa depan. 


 buku ini bercerita tentang tujuan burlian mendapat julukan si anak spesial, kenapa bapak bersumpah tak akan mau menembak, surat dari negeri seberang, robohnya sekolah hingga menyebabkan 2 temannya meninggal, juga seberapa besar kasih sayang mamak. belum lagi kisah munjib yang terbakar demi menuntut ilmu. temukan sendiri teka teki di buku ini. di jamin gak rugi bacanya :)

 

maaf agak berantakan..

Selasa, 12 November 2013

*Penjara = sekolah

*Penjara = sekolah

Tidakkah kita memperhatikan
Gerbangnya terbuat dari besi
Di gerbangnya ada penjaga,
Tembok tinggi mengelilingi

Kelas-kelasnya tertutup jeruji
Hanya menyisakan jendela kecil
Pun pintu yang ditutup
Dari pagi hingga petang
Seluruh murid konsentrasi tinggi
Belajar secara spartan

Tidakkah kita memperhatikan
Sekolah2 kita sudah mirip penjara hari ini
Yang masuk ke dalam sana, harus bayar mahal pula
Wajah-wajah terpenjara
Wajah-wajah sedang belajar
Entah apa bedanya lagi

Angka adalah pembeda kasta
Nilai jelek cari masalah
Menghafal mati isi buku sudah biasa
Penuh peraturan ujung ke ujung
Ini wajib, itu wajib
Hal2 yang tidak ada di kurikulum pun jadi wajib
Terserah 'sipir' bilang apa

Lantas di mana kesenangan belajar itu?
Ketika yang bodoh sekalipun memperoleh senyum
Yang paling lelet sekalipun menerima motivasi
Kepedulian ditumbuhkan
Akhlak baik ditanamkan

Tidakkah kita memperhatikan
Sekolah2 kita sudah mirip penjara hari ini
Bukan hanya fisiknya saja
Tapi juga isi dalamnya
Semua diukur secara kuantitatif
Semua dijadikan kompetisi
Tolong pikirkanlah.

*Tere Liye

Minggu, 03 November 2013

Tanya





Bismillah..
Hari ini seperti biasa waktu berlari meninggalkanku
Tanpa apapun.. kecuali sebuah tanya. Kemarin pun juga begitu. Besok, mungkin penyesalan. entah lusa. saat ini pun begitu banyak pemaksaan yang saya lakukan daripada kesadaran. saat menulis inipun saya memaksa. sangat.
sudah lama saya ingat kapan saya benar-benar hidup atau tepatnya merasakan hidup. 3 tahun yang lalu. ya, waktu yang singkat bagi kebahagiaan, tapi tidak untuk sebuah kemuraman.
Dimasa remaja dan pra dewasa ini ingin sekali tidak melewatkannya begitu saja. saya tak ingin mengeluh, dan bukan keharusan saya mengeluhkan hidup.dan bukan semestinya saya membandingkan waktu yang ini dengan waktu yang itu.
saya seorang remaja, seperti remaja kebanyakan. labil, keegoisan, menulikan kepala, membebalkan hati. saya juga sama kebanyakan dari mereka yang masa remajanya gemilang. punya mimpi, yang entah kapan saya tidak akan menundanya. bayangkan jika setiap hari bangun dengan tekad dan mimpi yang menggebu-gebu, tapi seiring matahari semakin meninggi, siang tinggalkan pagi. semangat saya surut, dan ketika malam datang saya termenung tentang waktu yang tinggalkan saya lebih cepat, sangat sesak rasanya.
saya bukan berputus asa atau bagaimana, saya hanya tidak mengerti. tidak mengerti begitu banyak pertanyaan. saya letih dengan  pertanyaan yang bahan jika orang bertanya kepada saya siapa diri saya. saya tak tahu harus jawab bagaimana. ataukah saya akan jawab begini "saya adalah seorang remaja di masa pra dewasa ini" dan selebihnya saya tak tahu.
Dan pada akhirnya saya hanya bisa bernafas seolah semuanya melegakan.


Langit, biarlah semuanya pecah. Berhamburan mengudara. Biarlah. Sampai ketika aku mengerti, tak ada yang tersisa. Hampa
Laut, biarlah semuanya direnggut. Diterjang ombak. Biarlah. Sampai suatu ketika aku tak melihat. Tak ada dan tak pernah ada. Kosong.
Lembah, biarlah. Sungguh biarlah semua nyanyian itu menjadi rintihan. Sampai suatu ketika tiada yang mendengar. Sunyi.
Bukit. Biarlah. Biarlah sembunyikan sebilah senyum diantaramu. Hingga suatu ketika tawa berubah benci. Sendiri
Biarlah, semua biarlah. Sampai suatu ketika tiada dapat kupercaya. Biarlah hingga suatu masa. Saat ketika hanya termangu yang kubisa.
dibawah langit yang kian meragu

Selasa, 22 Oktober 2013

7 Peraturan Jatuh Cinta

Bismillah...

Kalian harus menguasai 'peraturan jatuh cinta' sbb:

1. Jatuh cinta itu memulainya amat mudah, tapi menghentikannya susah payah.

Pahami peraturan sederhana ini. Buat kalian yang belum pernah jatuh cinta mungkin tidak tahu, tapi buat yang sekarang lagi patah hati, mereka sudah level S-3 atau profesor pahamnya. Maka, kalau kalian percaya dengan peraturan ini, berhati2lah selalu untuk jatuh cinta, bukan sebaliknya, malah asyik bermain dengan perasaan. Jangan coba2 membuka bendungan hati kalian, nanti jebol tidak terkendali.

2. Jatuh cinta itu tidak pernah rumit. Sederhana. Selalu sederhana. Tapi orang2nya lah yang membuat rumit.

Camkan baik2. Lagi2, buat kalian yang belum pernah jatuh cinta mungkin tidak paham, tapi besok lusa, ketika kalian mencemplungkan diri dalam urusan ini, ingat peraturan tersebut. Kitalah yang selalu membuat rusuh, galau, ribet, bego diri sendiri. Jatuh cintanya sih nggak. Cinta itu selalu simpel. Orang2nya yg rumit. Dalam urusan yang sudah pasti sekalipun orang2 tetap saja membuat rumit, apalagi dengan perasaan tidak jelas, hubungan tdk lurus, lebih rumit lagi.

3. Cinta itu bisa redup, bahkan padam, pun juga bisa menyala tinggi. Tergantung kita.

Bohong banget kalau cinta orang itu terussss saja menyala tinggi. Itu hanya trik pemasaran film, buku2, dsbgnya. Dilebih2kan, biar yang nonton atau baca senang hatinya. Cinta itu persis seperti api unggun. Kita sendiri yang menentukan apakah api unggun itu akan terus menyala atau padam. Nah, kebanyakan, orang2 bahkan sukarela menyiram api unggunnya dengan minyak tanah sekontainer, maka menyala tinggilah dia sesaat, membakar dirinya sendiri, merusak. Tanpa sempat berpikir, apakah perasaannya itu sungguhan atau karena dia tidak mampu mengendalikan diri. Tanyakan ke orang tua kalian, yang membuat pernikahan itu awet hingga 50 tahun, bukan karena cintanya terus menyala tinggi. Tapi karena mereka punya komitmen, kepercayaan. Dengan dua hal tsb mereka memutuskan untuk jatuh cinta lagi, jatuh cinta lagi pada suami/istrinya hingga bertahan puluhan tahun.

4. Jatuh cinta itu tidak bisa membuat kenyang. Pun, jatuh cinta tidak bisa membuat kita produktif.

Saya serius. Memang betul, orang2 bisa saja enggan makan saat hatinya sedang riang karena cinta. Tapi itu tidak membuat kenyang. Come on, lebih penting krisis kelaparan di negara Afrika sana dibanding krisis cinta satu dunia. Jika kalian paham peraturan ini, maka kalian akan tahu: ada banyak hal lebih penting dibandingkan urusan jatuh cinta. Juga benar, orang2 yang jatuh cinta memang lebih kreatif, lebih semangat, tapi itu tidak membuatnya otomatis produktif. Saat dia berhasil membuat novel, lagu atau karya2 monumental, itu karena ybs sendiri memang produktif, bukan karena perasaan tsb. Coba saja lihat, milyaran orang2 jatuh cinta, tdk semuanya jadi pencipta karya masterpiece.

5. Jatuh cinta itu harus diuji, bukan diterima apa adanya

Hari ini, banyak sekali orang2 yang mudah jatuh cinta, lantas bilang, telah kuberikan segalanya untuknya. Aduh, kalian kebanyakan nonton film atau baca buku tentang cinta deh. Jatuh cinta itu butuh diuji, habis2an. Bukan dengan tangan terbuka malah diterima begitu saja. Bahkan dalam fase paling awal, ketika perasan itu mulai berkecambah di hati. Jika kalian menyukai orang lain misalnya, maka silahkan diuji. Minimal uji dengan waktu dan jarak. Apakah perasaan tsb memang semakin besar atau semakin kecil. Habis2an diujinya. Bila perlu disimpan dalam hati selama bertahun2. Jika memang jodohnya, pasti akan jadi. Bukan malah terlihat murahan banget. Di jejaring sosial, berceceran, tumpah bikin becek di mana2 perasaan kita.

6. Jatuh cinta itu bukan alat pembenaran diri.

Contoh paling kacau adalah ketika dua orang sesama jenis bilang mereka jatuh cinta dan maksa menikah? Hello, memangnya dengan kata cinta kita bisa menganulir berjuta peraturan dunia? Bilang semuanya jadi oke dan dibenarkan. Hei, 'cinta' itu bukan argumen. Maka juga saat ada pasangan beda agama ingin menikah, 'cinta' itu bukan alat pembenaran, yang kemudian membuat gugur peraturan lainnya. Kalau pengin melanggar peraturan agama, langgar saja, tidak perlu bawa2 kata cinta. Pahami peraturan ini, cinta bukan alat pembenaran, buat kalian yang mencemplungkan diri dalam perasaan ini, maka 'cinta' bukan alasan kalian menyerahkan segalanya, 'cinta' bukan pembenaran untuk disakiti, 'cinta' bukan pembenaran untuk merusak diri sendiri. Please, jangan mau dibuat bego.

7.  Kita yang mengendalikan perasaan, bukan sebaliknya.

Pahami peraturan ini baik-baik. Mau seheboh apapun perasaan itu, kitalah yang mutlak mengendalikan kemudi perasaan. Jangan ijinkan perasaan mengambil-alih. Gunakan akal sehat. Kalian harus tahu, utk orang yang jatuh cinta, bahkan saat yg dicintainya itu jahat, dia tetap saja merasa baik. Saat yg dicintainya itu berkhianat, selingkuh, dia tetap saja punya alasan atau penjelasan baiknya. Padahal, orang sedunia juga tahu itu tindakan bodoh. Kenapa tetap dilakukan? Karena dia membiarkan perasaan mengendalikan akal sehatnya. Jika kita tidak mampu utk mengendalikan kemudinya, minta pendapat orang lain, seperti orang tua, sahabat baik, dengarkan nasehat mereka, bukan sebaliknya.

Silahkan pahami 7 peraturan jatuh cinta ini.

-Tere Liye

Jumat, 18 Oktober 2013

Hanya Pencerahan

berikut status yang ditulis oleh Ustadz Felix Siauw. semoga tercerahkan :)
 
1. "emang pacaran dalam Islam nggak boleh ya?" | iya, Rasul melarang segala jenis khalwat (berdua-duaan) yg bukan mahram, termasuk pacaran

2. "walaupun beda negara? LDR gitu" | mau beda negara, mau beda alam, mau beda dunia, LDR atau tetangga, tetep aja haram


3. "kan pacarannya nggak ngapa-ngapain?" | pacaran nggak ngapa-ngapain? terus ngapain pacaran?

4. "maksudnya nggak yang aneh-aneh gitu" | nggak aneh-aneh aja dapet dosa, rugi kan? mendingan nggak usah

5. "tapi kan kita punya perasaan" | trus gw harus bilang WOW gitu? punya perasaan nggak buat kamu boleh maksiat pada Allah kan?

6. "kalo pacarannya bikin positif?" | bikin positif hamil maksudnya?

7. "hehe.. jangan suudzann, maksudnya bersamanya bikin rajin shalat geto" | shalatmu karena Allah atau pacar?

8. "nggak, maksudnya kita, dia kan ber-amar ma'ruf.." | halah, dusta, mana ada kema'rufan dalam membangkang aturan Allah

9. "kalo orangtua udah restui?" | mau orangtua restui, mau orangutan, tetep aja pacaran maksiat

10. "katanya ridha Allah bersama ridha ortu?" | wkwk.. ngawur, dalam taat Allah iya, dalam maksiat? nggak ada cerita begitu..

11. "jadi nggak boleh nih? dikii~iit aja gimana?" | eee.. maksiat kok nawar, emang ini toko besi kulakan?

12. "terus solusinya gimana? kan Allah ciptakan rasa cinta?" | ya nikah, itu solusi dan baru namanya serius

13. "yaa.. saya kan masih belum cukup umur" | sudah tau belum siap dan niat nikah, kenapa malah mulai pacaran?

14. "pacaran kan enak, nikmat" | iya, nikmat bagi lelaki, bagimu penyesalan penuh airmata nanti

15. "pacar bilang dia serius sih.. 6 tahun lagi baru dia lamar" | yaa.. itu mah nggak serius, sama aja teken kontrak 6 tahun sengsara

16. "pacar bilang nunggu sampe punya rumah baru lamar" | itu agen properti atau calon suami? nggak serius banget (=_=)

17. "pacar bilang nikahnya nanti kalo udah cukup duit" | alasan klise, kenapa dia nggak lamar kamu nanti aja kalo udah cukup duit?

18. "pacar bilang mau nikah tapi tunggu saudaranya nikah dulu" | ya tunda aja hubungannya sampe saudaranya nikah

19. "pacar bilang dia siap, tapi nunggu lulus" | modus tuh, basi

20. "pacar siap ketemu ortu saya sekarang juga, tapi saya yg belum siap hehe.." | yaela.. cappe deeh.. (=_=); #TepokJidatTetangga

21. "ya udah, kakak-adik aja ya?" | wkwk.. maksa banget sih mau maksiat? giliran suruh shalat aja banyak alasan

22. "terus yang serius itu yang gimana?" | yang berani datangi wali-mu, dan dapet restu wali-mu dan menikahimu segera

23. "iya, udah putusin pacar, dia mau bunuh diri katanya" | yang kayak gitu mau jadi suami?! suruh nguras laut aja deh!

24. "aku nggak mau menyakiti dia kalo putus" | berani maksiat kok nggak berani sakit (=_=)

25. "dia nggak mau aku putusin" | sejak kapan taat Allah perlu izin manusia?

26. "iya, iya, aku putusin deh" | sayangi kehormatanmu, mulia dirimu dear

27. justru karena sayang kamu harus jaga dia nggak maksiat | masak kamu sayang tapi tega dia bermaksiat?

28. hal terserius yang bisa dilakukan yg belum siap adalah memantaskan diri | dan kepantasan yang terbaik ialah dengan ketaatan

29. pahami agama, kaji Islam, perjuangkan Islam sebagai persiapan, itu baru serius | agar pantas dirimu jadi pasangan dan ortu yg baik

30. cinta ada masanya, pantaskan diri untuknya | bukan dengan pacaran, baku syahwat pake badan

31. kalo udah siap walau nikahnya harus besok, barulah ta'aruf | karena ta'aruf bukan modus pacaran syariah

32. jadi serius bagi yg sudah siap itu dengan nikah | sementara serius bagi yg belum siap itu mendekat dan taat pada Allah | kelir?!
:D




Jumat, 11 Oktober 2013

Pesan Tere Liye

 
Bacalah 10 buku, maka kita akan tiba-tiba merasa sok tahu dan merasa paling pintar. Tapi tahan dulu sok tahunya....

Bacalah 50 buku, maka sok tahu-nya akan mulai berkurang, meski tetap merasa lebih pintar. Tapi juga tetap tahan dulu....

Bacalah 100 buku, maka sok tahu-nya semakin berkurang, pun merasa pintarnya. Tapi tetap tahan dulu....

Bacalah 500 buku, maka kita akan menghela nafas panjang,ternyata semakin banyak saja yang tidak kita tahu, semakin merasa belum ada apa-apanya....

Bacalah 1000 buku, dstnya.

Maka my dear anggota page, itulah kenapa orang2 yang tidak membaca buku, atau hanya 1-2 buku saja, jika dia termasuk senga, belagu maka posisinya ada di titik paling ekstrem orang2 sok tahu; itu sudah rumus alam.

*Tere Lije

Jurusan..

Assalamualaikum

pada tulisan kali ini saya ingin berbagi sedikit cerita. blog ini udah banyak debu dan jaring-jaringnya, harus secepatnya dibersihkan. selama ini saya tidak menulis diblog ini karena saya menulis diblog sebelah. agak menyesal memang punya 2 blog. kan kasian blog yang satu terlantar yang satunya lagi gak karuan tulisannya.
kembali pada bahasan sebenarnya.

JURUSAN?
ya ini yang selalu orang lain tanyakan kepada saya
" besok mau masuk jurusan apa?"
dan yang lebih parahnya lagi ada yang mengatakan begini
"pokoknya jangan ambil jurusan ips"
JLEB
sebenarnya minat yang paling jujur saya adalah ips/ilmu sosial. karena dari awal impian saya untuk masuk jurusan hubungan internasional sangat kuat, dan itu gak ada hubunganya sama ipa dan bahasa. jauuuh..
tapi apa yang terjadi? ketika saya mengutarakan niat saya keorang tua saya. kontan saja mereka tidak setuju. tapi tenang saja niat saya keips jauh lebih kuat. haha. saya akan berusaha meluluhkan hati mereka.
kebanyakan orang menganngap anak ipa itu lebih pinar dari ips. saya tidak pernah setuju. pintar itu relatif. pintar atau tidaknya orang tergantung dimana dia berada. jika dia berada dilingkugan orang yang lebih tahu, kepintarannya dianggap kurang. tapi coba dia berada diantara mereka yang tidak tahu. maka dia dianggap seperti einstein.
masuk ipa sajalah nantikan bisa lintas minat. saya terperangah ketika seseorang mengatakan itu. enak saja dia berkata ntar ilmu yang tiga tahun itu mau dikemanain? ha?
mungkin aja bisa untuk pembelajaran untuk siapa gitu? iya, tapi mana ada manusia ahli dalam segala bidang.
faktor mimpi itulah yang membuat saya kuat untuk ingin ambil jurusan IPS.
tapi mungkin saja pilihan itu esok akan berubah. siapa tahu bukan? tapi ini sudah keputusan saya ambil. apa yang telah saya mulai saya akan berusaha untuk menyelesaikan hingga titik penghabisan BEUH..
 

Senin, 10 Juni 2013

Pohon MASA DEPAN

 POHON MASA DEPAN
Di halaman sekolah, sebatang pohon tumbuh
Bercabang impian, berdaun bintang-bintang.
Di setiap Senin pagi, ketika berupacara bendera,
Anak-anak memandang pohon itu sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Indonesia Raya merdeka! Merdeka!
Tanahku negeriku yang kucinta
Indonesia Raya merdeka! Merdeka!
Hiduplah Indonesia Raya!

Ada anak yang menyanyikan lagu itu seperti tak merdeka. Dari kepalanya berhamburan impian-impian seperti gelembung udara yang terbang dan kemudian pecah di udara terbuka.

Di dalam kelas, bapak guru selalu berkata kepada mereka, ”Ayo, tanamlah olehmu Pohon Masa Depan!”
Ibu guru selalu bilang, ”Ayolah, tanam Pohon Kemerdekaan. Biar bercecabang jadi cerita di halaman masa depan. Biar suatu saat kamu bisa bersandar di keteduhan dan kekukuhan cabang-cabangnya, biar suatu saat kamu lihat burung-burung dan kupu-kupu membikin rumah dalam cinta dan bahagiamu.”

“Pohon apa, Bu?”
“Pohon Masa Depan.”
“Pohon Masa Depan?”
“Ya, Pohon Masa Depan. Pohon Kemerdekaan.”

Aneh, mereka belum pernah dengar nama pohon itu. Lalu, mereka cari nama itu di dalam buku, di dalam kamus, di perpustakaan-perpustakaan. Tetapi, mereka tak pernah menemukan nama pohon itu.

“Bu Guru, Pak Guru! Seluruh buku telah kubaca, seluruh perpustakaan telah aku datangi, tetapi kami tak menemukan nama pohon itu.”
Lalu, pak guru dan bu guru memandang mereka seperti gugusan hujan, seperti memandang bukit nun jauh di desa-desa.
“Carilah terus! Sampai kamu temukan pohon itu, maka belajarlah dan siapkanlah bagaimana cara mengolah tanah, bagaimana caranya mencintai kehidupan.”


Anak-anak itupun akhirnya kembali memasuki perpustakaan-perpustakaan. Mereka buka lagi buku-buku dengan melihat bab-bab dan rumus-rumus ilmu pengetahuan.

Demikianlah setiap hari mereka baca halaman masa depan. Mereka mulai menuliskannya dan menghafalkan huruf-huruf baru. Lalu mereka saksikan ilmu pengetahuan tumbuh bercecabang dari satu buku ke buku lain, dari satu pohon ke pohon yang lain. Bunga-bunga mekar dalam tatapan matahari. Bermetamorfosis dan berfotosintesis dalam pikiran mereka. Kupu-kupu dan burung-burung hinggap membikin sarang di dalam hati mereka. Pohon-pohon muda tumbuh menjalin masa depan dengan kesuburan humus yang mereka ciptakan.

Setiap hari, di sekolah, mereka jadi pemimpi yang mengharapkan pohonnya masing-masing. Di antara mereka ada yang bertanam pohon-pohon kecil, pohon-pohon besar, berbuah dan tak berbuah. Ada juga yang suka pada bunga. Ada juga lelaki malas yang hanya menanam pohon dengan berharap pada cuaca. Ada perempuan genit yang hanya manyukai bunga dan berharap suatu hari jadi artis.

”Aku ingin menanam pohon yang dari cabang-cabangnya berjatuhan tetesan getah!”, kata seseorang.
”Aku ingin menanam pohon yang dari daun-daunnya menguap bau surga.”
”Aku ingin menanam pohon yang tangkai-tangkainya dipenuhi buah.”
”Ah, kalau aku sih suka bunga. Jadi, kutanam saja bunga, biar dunia ini tetap cantik.”
“Aku ingin...”
“Sudahlah! Ayo, tanam olehmu pohon apa saja!”

Mereka olah tanah bumi sambil benyanyi,
“Cangkul, cangkul, cangkul yang dalam
Menanam pohon di kebun kita.”
Mereka olah tanah bumi dengan gembira:
“Cangkul, cangkul, cangkul yang dalam
Menanam pohon di kebun kita.”
Mereka olah tanah bumi dengan berharap panen di suatu saat:
“Cangkul, cangkul, cangkul yang dalam
Menanam pohon di kebun kita.”

Lalu, mereka siapkan doa, mereka siapkan gembur tanah dan aliran air, udara dan cuaca.

Di awal musim, tangkai-tangkai daun tumbuh di dalam pikiran mereka. Bunga-bunga mekar.
Di halaman-halaman buku yang mereka baca, mereka selalu temukan satu bunga dan satu daun. Dan pada malam hari, ketika mereka buka halaman-halaman baru, mereka lihat bunga-bunga tumbuh dan hidup pada setiap kalimat dan paragraf. Jadi ladang dan kebun yang luas.

Bertahun-tahun mereka tanam pohon itu dalam hati dan pikiran mereka. Di kelas yang sunyi dan gaduh, di kelas yang bersih dan kotor. Lalu, kita lihat mereka jadi penanam dan penumbuh yang baik.
Suatu hari, di dalam kelas seorang anak berkata, ”Pak Guru, Bu Guru! Saya ingin menciptakan pohon baru. Pohon yang tidak dipunyai oleh siapapun!”
Ibu dan bapak guru itu menjawab, ”Ciptakanlah pohon itu! Ayo, lakukanlah!”
Tetapi, di antara bapak dan ibu guru itu ada yang menjawab, ”Jangan! Kau hanya boleh menanam pohon sesuai dengan petunjuk buku.”
”Kenapa?”
”Ya, harus begitu!”

Tetapi, anak itu memiliki impian yang keras kepala. Malam selalu membawa ia pada luas langit dan hamparan bumi di negeri-negeri jauh. Dalam mimpinya itu ia lihat pohon-pohon yang tak pernah dilihat. Ia temukan bunga-bunga yang tak pernah ditemukan di negerinya sendiri.

”Pak Guru, Bu Guru! Aku ingin menciptakan pohon baru!”
”Tidak boleh! Kamu jangan menjadi pembangkang.”
”Tetapi, aku hanya ingin pohon yang ada dalam mimpiku.”
”Tidak boleh! Kamu hanya boleh menanam pohon yang benihnya telah kami siapkan.”
”Tetapi, aku ingin...”
”Heh, Pembangkang!” Guru itu kemudian menggebrak meja.
”Aku telah tiga puluh dua tahun mengajar. Kamu mau jadi jagoan, mau merasa sok pintar? Keluar kamu! Keluar!”
Anak itupun keluar.

Bertahun-tahun, anak yang menginginkan pohon itu menjadi pemurung. Ia merindukan pohon impiannya. Ia merasa bahwa dirinya bersama seluruh pohon impiannya tak pernah tumbuh. Tak pernah diberi kesempatan untuk mekar dan berbuah. Ketika ditanya apa cita-citanya, ia kemudian menjawab, ”Aku ingin menjadi seorang demonstran.”

Ketika keluar sekolah dan tak melihat pohon impiannya, ia tebas semua hutan yang bisa ditebas, ia bakar seluruh pohon yang bisa dibakar. Ia hancurkan apa yang bisa dihancurkan. Di kota-kota, ia tumbuhkan api dan menciptakan kerusuhan. Ia runtuhkan gedung dengan lemparan batu dan mesiu. Ia kenang pohon impiannya yang hilang. Ia kenang kesuburan tanah dan hijau daun dalam hatinya. Dan dalam pohon-pohon tumbang, dalam reruntuhan kota, ia tulis grafiti:
”Aku kini memimpikan pohon yang tumbuh dari api!”


Yusuf Gigan, Risalah Cinta dan Pohon Masa Depan di Halaman Sekolah: Kumpulan Puisi, hh. 10-16, Cianjur: Forum Sastra Cianjur, 2004.